BAHAN IBADAH RUMAH TANGGA KELUARAN 27:20-21
Kekasih Tuhan… Keluaran 27:20-21 dalam Alkitab merupakan bagian dari instruksi Tuhan kepada Musa tentang pembuatan dan pengaturan Kemah Pertemuan, juga dikenal sebagai Kemah Tabernakel. Ayat-ayat ini menunjukkan instruksi kepada Musa untuk memerintahkan orang Israel agar mereka membawa minyak zaitun yang murni untuk menerangi pelita terus-menerus di Kemah Pertemuan. Pelita ini harus ditempatkan di luar tabir yang berada di depan kesaksian, dan Harun beserta anak-anaknya bertanggung jawab menjaga pelita ini terus-menerus dari petang hingga pagi di hadapan TUHAN. Pentingnya menjaga pelita ini terus-menerus menunjukkan pentingnya kehadiran cahaya dalam persekutuan dengan Tuhan. Cahaya pelita melambangkan kehadiran Tuhan yang memberikan petunjuk, penerangan, dan keberkahan dalam hidup umat-Nya. Instruksi ini menjadi bagian dari ibadah keluarga dalam menjalankan tugas-tugas keagamaan dan menghormati kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka.
Meskipun ayat-ayat ini secara khusus ditujukan kepada orang Israel pada zaman Perjanjian Lama, nilai-nilai spiritual di dalamnya tetap relevan bagi kita hari ini. Mereka mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kehadiran Tuhan dalam hidup kita dan menyerahkan diri kita kepada-Nya dalam ibadah dan pelayanan. Pasal ini juga merujuk pada instruksi yang diberikan kepada Musa untuk mengatur tata cara persembahan bagi Bait Suci, khususnya dalam hal pencahayaan. Allah memerintahkan kepada orang Israel untuk mengambil minyak zaitun yang tahir, yang akan digunakan untuk menyala pada lampu yang terletak di dalam Kemah Pertemuan.
Lampu ini harus dinyalakan di luar tabir yang ada di depan Saksi Ujian, yaitu di hadapan hadirat Allah. Tugas ini diberikan kepada Harun dan anak-anaknya, para imam, untuk merapikan lampu ini setiap hari dari senja sampai pagi. Hal ini menunjukkan perlunya pencahayaan yang terus-menerus di dalam Bait Suci, sebagai representasi cahaya dan hadirat Allah yang terus ada di tengah-tengah umat-Nya.
Dalam konteks spiritual, minyak zaitun juga sering kali melambangkan Roh Kudus. Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus hadir sebagai pembimbing, penghibur, dan sumber kekuatan bagi umat Allah. Oleh karena itu, kita juga dapat melihat perintah untuk menggunakan minyak zaitun yang tahir sebagai pengingat akan perlunya Roh Kudus yang suci dan hadir dalam hidup kita agar kita dapat menerangi dunia dengan kebenaran dan kasih Allah.
Dalam konteks ini, renungan kita dapat mengambil beberapa pesan yang relevan. Pertama, api yang tidak boleh padam dapat diartikan sebagai semangat rohani yang terus menyala dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Allah menghendaki agar kita selalu memiliki semangat untuk mencari dan bersekutu dengan-Nya secara terus-menerus. Kedua, perintah Allah untuk menjaga agar api tetap menyala menunjukkan tanggung jawab kita untuk memelihara kehidupan rohani kita. Hal ini membutuhkan perhatian, pengawasan, dan konsistensi dalam beribadah, berdoa, membaca Firman, dan menjaga hubungan kita dengan Allah. Kita tidak boleh lengah atau mengabaikan kehidupan rohani kita. Ketiga, kita dapat melihat simbolisme dalam api tersebut. Api merupakan cahaya yang menyinari kegelapan dan memberikan hangat. Demikian pula, kehidupan rohani yang terus menyala dalam diri kita dapat menjadi sumber cahaya, harapan, dan penghiburan bagi orang lain di sekitar kita. Kita diundang untuk menjadi saksi dan penyejuk bagi dunia yang sedang dalam kegelapan.
Renungan dari pasal ini dapat menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya kehadiran Allah dalam hidup kita dan perlunya terus-menerus mencari-Nya dan menghidupi hubungan dengan-Nya. Pencahayaan yang dilakukan oleh Harun dan anak-anaknya adalah tugas yang terus-menerus, dan demikian pula dalam hidup kita, kita harus terus mencari Tuhan, membangun hubungan yang kuat dengan-Nya, dan membiarkan cahaya-Nya bersinar melalui hidup kita. Renungan dari pasal ini juga mengajarkan kita untuk tetap berjaga-jaga dan berada dalam kehadiran Allah secara terus-menerus, membiarkan cahaya-Nya memandu langkah-langkah kita dan membiarkan Roh Kudus-Nya memampukan kita untuk hidup yang kudus dan bermanfaat bagi orang lain.
Dalam aplikasinya, renungan ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kehidupan rohani kita saat ini. Apakah semangat kita tetap menyala dan bersemangat untuk mencari Allah? Apakah kita secara aktif menjaga dan memelihara kehidupan rohani kita melalui beribadah, berdoa, dan membaca Firman? Dan bagaimana kita dapat menjadi sumber cahaya dan penghiburan bagi orang lain?
AMIN
Komentar